Harus Pergi

 HARUS PERGI

"Tha..kamu dipanggil Tante Tania..ditunggu diruangan tengah" kata Tina saat aku baru saja mandi sore.


Kebetulan..” pikirku. Akupun ada perlu pamitan pada Tante Tania. Karena Minggu besok aku harus pulang ke Tasik.

   Kami duduk di sofa tengah, aku dan Tante juga Kak Doni pun ada disana. Aku melihat ada yang tidak beres dengan sikap Tante Tania. Dia terlihat menyimpan kekecewaan.

"Kenapa kamu gak cerita soal kamu ke saya Tha?" Pertanyaan Tante Tania sudah kutebak arahnya...aku tertunduk merasa bersalah
"Aku pikir...Kak Doni sudah menceritakannya Tan" kataku smabil menunduk karena merasa malu dan bersalah.
"Doni tak cerita apa-apa sampe Tante tanya dia tadi" kata Tante Tania dengan nada agak marah. "Kamu mau tahu darimana awalnya tante tahu soal kamu?"Aku menggeleng dengan wajah yang terus tertunduk.
"Dari ibunya Aditya!". Deg...aku kaget. Kututup mataku...duh bagaimana bisa tahu?
"Iyah….tadi ibunya Aditya telepon Tante, dia bicara banyak bahkan marah kepada tante karena seolah-olah Tante menipunya mau menjodohkan anaknya pada...." Tante Tania tak meneruskan kata katanya. Tapi dia terlihat sangat sedih dan kecewa.
"Aku minta maaf Tante.. " kataku lirih
"Tha...maaf aja ga cukup, karena hal ini hubungan kami dengan keluarga Aditya jadi rusak!"

   Aku terdiam tak bisa kubantah semua itu. Mungkin memang aku sudah merusak semuanya dengan ketidakjujuranku. Tapi aku tak bermaksud demikian, aku justeru merasa sudah terjebak di dalamnya tanpa aku diberi kesempatan.

"Aku akan menjelaskan pada Aditya besok Tante, dia mengundangku ke acara orangtuanya" jawabku polos.
" Tha...buat apa kamu kesana? Kamu hanya akan dipermalukan disana oleh mereka. Krarena oramgtua Aditya sudah tahu tentang kamu.."

   Aku diam...Aku tak tahu harus menjawab apa. Aku terus bertanya tanya bagaimana orangtua Aditya tahu? Dan bagaimana dengan Aditya...apakah dia sudah tahu juga? Tiba-tiba aku jadi sesak dan sedih. Akhirnya apa yang aku pikirkan terjadi juga. Memang mungkin harus seperti ini...,Aditya itu hanya mimpi.

"Tha...sekali lagi tante bilang...besok kamu gak usah kesana"
"Kalau aditya kesini bagaimana Tante?"
"Gak mungkin dia kesini Tha...!"

   Aku hanya mengangguk pelan, Tante Tania meminggalkan kami di ruangan tengah. Kak Doni meminta maaf dan menghiburku....padahal tak ada salahnya Kak Doni padaku , justeru mungkin aku yang salah. Aku masuk ke kamar dan menangis...., Tina menghampiriku....Dia mengusap kepalaku. Kuceritakan padanya apa yang kami bicarakan tadi diruang tengah.

Tina menghiburku sambil bilang "sabar Tha"
" Tin...sepertinya, besok aku akan pulang kampung saja"
"Besok? Kok mendadak? Terus gak jadi cari kerja disini?"
"Shafira sakit...Tin"
"Sakit apa Tha....?"
"Kata Mamah demam...Tin...., tadinya aku mau pulang hari Minggu, tapi sepertinya besok pagi-pagi saja"
"Sudah bilang ke Tante Tania kamu ada rencana pulang?"
"Belum...mungkin besok pagi saja..pagi-pagi"
"Lalu kalau Aditya kesini bagaimana?"
"Gak mungkin kesini Tin...mungkin dia sudah tahu dan bisa jadi benci aku"
"Bisa jadi juga belum tahu Tha...dan besok tetep kesini jemput kamu...bagaimana?"
"Entahlah...biar sajalah...aku pikir Aditya itu cuma mimpi Tin"
"Kamu sudah memyerah sebelum berperang Tha..."
"Aku tak sanggup lagi perang Tin..., dunia nyataku tak begitu ramah...kenyataannya pahit...aku menyerah"
"Kamu yang paling tahu apa yang terbaik buat kamu Tha..tapi kalau aku boleh kasih saran... setidaknya kamu perlu memulis surat buat Aditya ..kamu jelaskan semuanya...masalah dia terima atau tidak, terserah yang penting kamu sudah jelaskan semuanya..."

   Aku hanya diam sambil airmataku terus meleleh. Tina meninggalkanku di kamar sendirian.Dia paham kalau aku saat ini memang perlu waktu sendiri. Kuambil kertas hvs dari meja belajar Keanu...dan kutulis sebuah surat untuk Aditya.....

Dear Aditya,

Assalamualaikum...

   Saat kamu baca surat ini aku sudah tidak lagi di kota ini
Aku sudah pergi untuk pulang ke kampungku...pulang pada kehidupan nyataku.
Terimakasih sudah mengisi hari hariku...
Aku begitu bahagia bisa mengenalmu
Kamu seperti cahaya kecil yang menerangi kegelapan hatiku
Seharusnya hal ini sudah kuceritakan padamu sejak pertama bertemu.
Tapi entah mengapa lidahku begitu kelu untuk mengatakannya.
Hingga akhirnnya aku berniat menceritakannya esok ketika aku datang ke acara ornagtuamu.

   Tapi sepertinya itu sudah terlambat.
Jadi aku hanya bisa menuliskannya melalui surat ini dan mungkin bisa jadi apa yang akan kuceritakan sedikitnya kamu sudha tahu...
Tapi anggaplah kamu belum tahu...
Maka kuceritakan kisahku dalam surat ini...
Aku minta maaf sebelumnya atas ketidakterusteranganku sejak kita bertemu....

......kuceritakan semuanya lewat surat kepada Aditya...tentang Firza...tentang Shafira dan tentang statusku......

   Sekali lagi maafkan aku...
Itulah kenapa aku tak pernah hisa menjawab ajakanmu menikah....
Karena hal ini
Selamat tinggal Mas Aditya...
Semoga engkau akan mendapatkan peremouan terbaik dari Allah...aamiin

Salam,

Thalita

   Kulipat kertas surat untuk Aditya dan kumasukkan ke dalam amplop putih. Ku simpan di meja. Nanti akan aku titipkan pada Tina agar diberikan kepada Aditya. Ku kemasi pakaianku ke dalam tas. Sambil airmataku terus mengalir, ada sepenggal hati yang akan tertinggal disini karena Aditya, tapi selebihnya aku merasa bahwa inilah yang terbaik yang harus aku lakukan. Aku bisa berdekatan dengan shafira.
Selesai kupacking pakaianku....

Adzan maghrib tiba. Aku segera mengambil air wudhu dan sholat

"Titip surat ini buat Aditya ya Tin, andai dia datang kesini...tapi kalau tidak datang biarkan saja" pintaku pada Tina.
Tina mengangguk. Dia menggenggam tanganku.
"Sabar ya Tha...kalau jodoh gak akan kemana" Aku hanya tersenyum getir.
"Aku harus pamitan pada Kak Doni Tin dan Tante Tania" kataku sambil keluar kamar menuju paviliun Kak Doni.

   Kulihat Kak Doni sedang duduk santai. Akupun menceritakan tentang rencana kepulanganku esok. Tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada Kak Doni yang sudah membawaku kesini. Tapi aku tak melihat Abi disini, mungkin dia kerja shift malam.

"Aku harus pamitan dengan Tante Tania Kak..." kataku. Lalu aku beranjak dari paviliun itu dan masuk ke dalam rumah. Tante Tania sedang dikamarnya. Kuketuk pintu kamarnya. Aku bicarakan soal niat kepulanganku esok. Jawabannya seperti datar saja Katanya mungkin lebih baik begitu. Rasanya sedih mendengar itu. Om Desaki sedang tak ada dirumah. Aku hanya titip salam saja kepada Tante buat Om. Aku bilang terimakasih sudah menampungku dirumahnya selama ini. Aku minta maaf jika karena aku akhirnya begini.

   Malam itu sulit kupejamkan mataku, antara perasaan senang, sedih dan cemas bercampur aduk menjadi satu. Senang bisa bertemu Shafira esok. Cemas jika harus menghadapi kenyataan soal Firza, apalagi Shafira sedang sakit. Sedih ...karena meninggalkan Aditya. Sesuatu yang tak kuinginkan tapi harus kulakukan. Aku mencoba untuk tidur meski sulit. Karena besok pagi pagi aku harus ke terminal bis diantar Kak Doni. Ah baiknya Kak Doni mau mengantarku.

Lama lama aku terlelap juga...
Previous
Next Post »

berkomentar lah dengan bijak belajar menghargai karya orang lain Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment