Cinta Yang Utuh

CINTA YANG UTUH

   Gedung sekolah telah banyak berubah, selain tempatnya semua telah berubah. Begitu juga teman-teman Sekolah Menengah Pertamaku, semua pangling dan kesemuaan sudah menjadi Orang tua.
Kami melepas kangen dengan bercerita, bercanda dengan penuh suka dan tawa.
Ketika tiba-tiba Laila menghentikan celotehnya, matanya menatap pintu yang letaknya di belakangku.
Penasaran apa yang dilihatnya, aku berbalik dan tatapan kami bertemu, 'Rusli' bibirku spontan menyebut namanya.
Secepatnya kupulihkan kesadaran, meski jantung berdegup lebih cepat dengan wajah yang memanas, aku pura-pura bersikap biasa.

   Rusli mendatangi kumpulan kami yang dari dulu sepuluh orang termasuk dirinya. Ia menyalami kami satu persatu, dengan teman perempuan ia hanya menangkupkan tangan di dada.
Setelah berbasa-basi aku pamit ke toilet, karena embun di pelupuk mata hampir tak bisa kutahan jatuhnya menjadi gerimis.
Setelah kuseka air mata, aku kembali ke kumpulan teman-teman dengan tetap menghindari Rusli sebisa mungkin. Hingga acara selesai aku bersiap-siap hendak pulang.
Tak kuperhatikan datangnya Rusli, yang tiba-tiba sudah di hadapanku.

"Hasna, aku minta waktu sebentar," katanya, walau berusaha tenang kulihat pancaran gugup di matanya.
"Bicara apa?" tanyaku datar.
"Duduk dulu, Na!"
Seperti terhipnotis aku menurut, duduk di kursi yang telah ditinggalkan teman-teman, hanya ada Laila, Nuri dan Ahmad yang duduk agak jauh, mungkin mereka memberi ruang pada kami.
"Aku cukup bahagia melihatmu telah menjadi wanita sempurna, seperti inginku."
"Iya ... berkat pilihan Ayah dan kegigihan Bang Hasan," jawabku memberi penekanan, kalau dia tak sedikit pun memperjuangkan cinta kami, bahkan mungkin melupakannya.
"Aku tahu, meski bertahun-tahun aku tak mengabarimu, tapi aku selalu memantaumu dari jauh. Kupastikan hidupmu baik-baik saja," kali ini ia bicara dengan menunduk dan sesekali menyeka air mata.


'Rusli menangis, Ya Rabb kenapa, ada apa dengannya?' hati bertanya-tanya.
"Memantauku?" dengan getir aku bertanya.
"Iya ... lewat Laila dan Ahmad aku selalu minta kabarmu."
"Tapi kenapa?" kali ini air mata telah tumpah di pipiku.
"Hhhhhhhhhh ... ketahuilah Hasna, ini begitu berat bagiku, di satu sisi aku sangat mencintaimu tapi di sisi lain aku tak boleh egois, janjiku menjadikanmu wanita sempurna harus terwujud meski bukan denganku."
"Apa maksudmu?"
"Aku sempat sakit waktu itu, dan melakukan general check up, penyakitku di temukan dan sembuh, tapi ada temuan lain."
"Temuan lain, apa itu?"
"Aku mandul, Na! tak mungkin aku memberimu anak, jadi sumpahku menjadikan mu wanita sempurna itu mustahil."
"Tapi kan ...." kata-kataku tercekat di kerongkongan.
"Kamu sudah tahu semuanya, sengaja aku mrnghidar darimu, Na. Agar kamu benar-benar menjadi wanita sempurna seperti sekarang ini. Lain kali kita kumpul lagi dengan membawa pasangan kita."
"Istrimu tahu sakitmu?"
"Ia tahu semuanya."

   Sejak saat itu kami bertemu kembali beberapa kali, tapi tak pernah ada percakapan khusus, hanya saling pandang dari kejauhan dan sudah pasti diiringi bulir bening di netra kami. Karena sudah kesepakatan kami tak ada percakapan khusus di antara kami, kecuali bila ada hal yang sangat penting. Kita sama-sama menyimpan nomo WA atau berteman di akun facebook, tapi tak pernah komunikasi.
Sampai teman-teman dekat kami seperti Laila dan Ahmad pernah mengomentari hubungan kami.
"Seandainya kami tidak tahu kwalitas iman kalian, aku rasa kalian akan terjerat Cinta Lama Bersemi Kembali, tapi kalian hebat," kata Laila sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman pahit.
Begitupun Istrinya Rusli sesaat setelah diperkenalkan di suatu reuni berikutnya, ia bicara padaku.
"Aku iri dengan cinta kalian yang utuh tanpa noda."
Aku kembali tersenyum, walau jauh di lubuk hatiku ada perih yang teramat nyeri, juga ada kisi rindu yang tak terisi bahkan sampai saat ini. Dimana kisi itu telah lama diisi sebuah nama 'Rusli', yang dengan sekuat kemampuan ku berusaha menutupnya agar Bang Hasan dan ketiga jagoanku yang selalu kuutamakan.

By : Nay Moza
Previous
Next Post »

berkomentar lah dengan bijak belajar menghargai karya orang lain Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment