Baper

Baper

   Cukup! Aku tak ingin mengingat kejadian itu lagi. Aku tak boleh memiliki perasaan lebih kepada sahabatku sendiri.
"Ra, kamu tidak sedang sakit, kan?"
Rudi menanyakan hal itu berulang-ulang kali sambil mengusap kedua belah mataku.
"Tidak, Rud. Aku cuma agak pusing." Aku pusing karena memikirkan perhatian-perhatianmu satu minggu belakangan ini.


    Hari ini, 2 kali sudah Rudi mengusap kedua belah mataku dengan tangannya. Oh ... aku tak pernah mendapat perhatian lembut seperti ini sebelumnya.
Apakah Rudi mulai menyukaiku? Apakah persahabatan sejak kecil ini telah berubah menjadi cinta? Ah ... Rudi.
'Ra, sore ini kita ketemuan, ya. Di kafe dekat rumahmu aja.'
Satu pesan masuk dari Rudi.
'Ngapain, Rud? Tumben kamu mengajakku ketemuan. Besok juga ketemu di sekolah.'
Lama kutunggu balasan darinya. Setengah jam menunggu.
Ting ...

   Ponselku berbunyi, tanda pesan masuk. Kubaca pelan.
'Aku ingin mengatakan sesuatu yang sudah satu minggu ini mengganjal di lubuk hatiku yang terdalam, Ra.'
Astaga ... aku belum siap jika Rudi ingin menembakku secepat ini. Aku bingung.
'Katakan sekarang aja. Ada apa?'
'Tidak bisa, Ra. Kita harus ketemu sore ini juga. Aku harus mengatakan ini secara langsung. Dan kamu harus mengetahui hal ini dari mulutku sendiri.'
(Di kafe)
"Kamu mau mengatakan apa padaku, Rud?"
"Hm ... aku bingung bagaimana cara menyampaikannya padamu, Ra."
"Katakan saja, Rud." Kupaksa Rudi untuk berterus terang saja dengan perasaannya sekarang.
"Zahra ... sebenarnya aku ..."
"Kamu kenapa, Rud. Katakan sekarang juga!"
"Kamu belekan akhir-akhir ini, Ra."
"Apa?" Plak ...
Kulayangkan satu tamparan ke pipi kirinya.
Previous
Next Post »

berkomentar lah dengan bijak belajar menghargai karya orang lain Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment